Jogjanews.com
- Lapangan Desa Panggungharjo terlihat ramai oleh
penonton ketika pagelaran wayang Sadat diselenggarakan pada Minggu malam 10
Maret 2013. Wayang Sadat membawakan lakon Ki Ageng Pandanaran dengan Dalang Ki
Miftahul Khoir (Alumni MA Tarbiyatut Tholabah Tahun 2010) yang sekarang menjadi mahasiswa Semester 6 Jurusan Pedalangan Fakultas Seni
Pertunjukan ISI Yogyakarta.
Terselenggaranya wayang Sadat ini atas
kerjasama Jurusan Pedalangan Fakultas Seni Pertunjukan ISI Yogyakarta dengan
Yayasan Kodama (Korps Dakwah Mahasiswa). Pentas wayang Sadat ini menjadi pentas
perdana Miftahul Khoir di luar kampus.
Sebelum Wayang Sadat dimulai, terlebih
dahulu ditampilkan tari Bali, Saman dan pantomim yang lucu sehingga bisa
menghibur penonton dari yang berusia kecil sampai usia tua.
Wayang Sadat merupakan akronim dari
Sarana, Dakwah dan Tabligh, yang berisikan tentang penyebaran ajaran agama
Islam dengan menceritakan tokoh Islam seperti Wali Sanga maupun Ki Ageng
Pandanaran dalam menyebarkan agama Islam dari daerah Semarang menuju Tembayat,
Klaten.
Perbedaan wayang Sadat dengan wayang kulit
purwa ada pada bentuk tokoh wayangnya. Tokoh Arjuna atau Bima pada wayang Sadat
misalnya tidak seperti Arjuna atau Bima tidak seperti dalam bentuk wayang
kulit, tetapi menggunakan properti keislaman seperti jubah, sorban dan jilbab.
Dalang juga tidak memakai surjan dan
blangkon tetapi memakai jubah dan bersorban. Pengrawit memakai baju koko dan
kopiah sedangkan sinden juga memakai pakaian tertutup dan berjilbab. Gunungan
wayang juga bertuliskan kaligrafi.
Sebagai pembuka dalang mengucapkan salam, ‘Assalammualaikum’
kepada penonton. Bacaan Syahadat dan Basmalah terdengar berselang-seling.
Selama pertunjukan berlangsung juga banyak diperdengarkan lantunan ayat suci
Alquran dan berisi nasehat-nasehat yang baik dalam kehidupan oleh Dalang.
Untuk durasi pementasan, jika wayang kulit
biasanya dimainkan semalam suntuk maka wayang Sadat cukup dimainkan selama
empat jam.
“Wayang Sadat bekerjasama dengan Kodama
karena Kodama merupakan yayasan yang menampung para da’i muda, diharapkan
dengan adanya Kodama ini nanti penerus ulama bisa terdidik dari sejak awal
sampai nanti bisa memberikan suatu pencerahan rohani yang benar-benar masuk
dalam hati masyarakat karena mulai dari kecil atau muda sudah terlatih,"
terang Miftahul Khoir.
Karena wayang Sadat bernuansa Islami,
Miftahul Khoir berharap dirinya bisa menembus pondok-pondok pesantren sekaligus
mengenalkan budaya wayang. Kadang ia merasa risih dan benci ketika kebudayaan
seperti wayang dicap sebagai kebudayaan yang musrik. Ia ingin memasukkan kebudayaan
ini secara luwes ke pondok-pondok pesantren.
Sumber : http://jogjanews.com/pentas-wayang-sadat-ki-ageng-pandanaran-oleh-dalang-ki-miftahul-khoir lihat videonya dibawah ini :
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !