MA Tarbiyatut Tholabah Jl.KH. Musthofa Kranji-Paciran-Lamongan-Jawa Timur. VISI : Islami, Berprestasi, dan Berinovasi
Home » » Ayat Revolusi

Ayat Revolusi

Written By matabah on Saturday 10 October 2009 | 11:19:00

Ayat Revolusi.
oleh : Faidah Umami

(Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah)

Satu ayat multitafsir, why not??
Ada yang menarik dari penafsiran ayat Revolusi, yakni Q.S (Ar-Ra’d : 11) :

إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ

Selama ini kita mengartikannya demikian :
“ Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah “Nasib” suatu kaum, sehingga mereka mengubah “Nasib” yang ada pada diri mereka sendiri”

Pada masa Bung Karno, ayat ini memang dicatut untuk mengobarkan semangat orang Indonesia agar mampu bangkit dari penjajahan, akan tetapi bukannya “مَا” itu maknanya masih umum “sesuatu”, bukan “nasib”? walaupun kalau diartikan “nasib” juga ga’ masalah, kan pendekatan orang dalam menafsirkan ayat beda-beda.

Akan tetapi tafsir Al Qur’an bi Al Qur’an akan lebih kuat, nah!! Ayat ini senafas dengan Q.S (Al Anfal : 53) :

ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَى قَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَأَنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

“Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan mengubah sesuatu nikmat yang telah dianugrahkan-Nya kepada suatu kaum, sehingga kaum itu mengubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan Allah maha mendengar lagi maha mengetahui”

Nah!! Bagaimana kalau “مَا” dalam Q.S (Ar-Ra’d : 11) diartikan “NIKMAT”?! yang artinya kurang lebih begini :

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah “nikmat” suatu kaum, sehingga mereka mengubah “nikmat” yang ada pada diri mereka sendiri”

Jadi : Allah tidak akan mencabut nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada suatu kaum, selama kaum itu taat dan bersyukur kepada Allah.

Lantas kalau nikmat Allah tiba-tiba berubah menjadi ujian atau bencana?? Siapa yang harus introspeksi? Masa’ sie Allah yang harus introspeksi? tentu kitalah yang harus introspeksi diri.
Karena pada dasarnya Allah tidak akan mengubah nikmat-Nya menjadi bencana, kecuali jika kita “meminta”, mungkin bukan meminta dengan ucapan “Ya Allah… tolong kirimkan bencana-Mu…” akan tetapi perbuatan kitalah yang seakan meminta Allah untuk mengirimkan ujian-Nya.

Atas beberapa ujian yang menimpa negeri kita, sampai kapan kita akan terus “meminta” Allah mengirimkan ujian-Nya? Berhentilah meminta dan berbenah… agar nikmat Allah kembali menjadi milik kita sebagai anugrah.

Abis baca tulisan GUS MUS
(Membuka pintu langit)

مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ وَأَرْسَلْنَاكَ لِلنَّاسِ رَسُولًا وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا

“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri, Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia, dan cukuplah Allah menjadi saksi” Q.S (An Nisa’ : 79)

Mari kita sama-sama beristighfar “Astaghfirullah….”

Share this article :
www.domainesia.com

Please Bantu Saya, Like This !!!

×

Powered By Blogger Widget and Get This Widget

Galery Foto Kegiatan MA Tabah

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. MA Tarbiyatut Tholabah - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template