Di sebelah barat desa Drajat, tepatnya sebelah barat desa Kranji juga
terdapat peninggalan kuno zaman Islam, yaitu masjid dan makam di desa
Sendangduwur. Masjid ini didirikan oleh Raden Nur Rahmat putera Raden
Abdul Qohar, murid Sunan Drajat yang diambil menantu oleh Tumenggung
Sedayu, karenanya masyarakat juga mengenalnya dengan sebutan Pangeran.
Masjid tersebut berdiri dengan ditandai surya-sengkala “Gunaning Sarira
Tirta Hayu” yang berarti tahun 1483 Saka atau 1561 M.
Wilayah pantai utara Lamongan pada masa awal sejarah Islam pernah
menjadi bagian dari wilayah Kalinyamat (Mantingan-Jepara). Agaknya Raden
Nur Rahmat yang juga disebut Pangeran Sendang berusaha keras untuk
memisahkan wilayah pantai utara Lamongan itu dari kekuasaan Ratu
Kalinyamat. Usaha itu dilambangkan dalam cerita keberhasilan Raden Nur
Rahmat atas nasehat Sunan Drajat, memindahkan masjid Kalinyamat
tersebut desanya dalam satu malam, dan didirikannya di atas bukit
Amitunon.
Masjid peninggalan Sunan Sendang Duwur terletak di Kecamatan Paciran.
Masjid itu pernah dipugar pada tahun 1929 dan pada tahun 1938 dilakukan
perbaikan serta pemugaran gapura makam atas biaya Gubernur Jawa Timur
Ch. van der Pias.
Peninggalan
yang menarik dari masjid ini adalah bentuk kepala barong yang disimpan
di atas langit-langit di bawah puncak atau must&ka masjid. Benda itu
hanya diperlihatkan pada hari raya Kupatan (enam hari setelah hari raya
Ied).
Bentuk serupa itu juga terdapat di Museum Radyapustaka Surakarta.
Diduga bentuk kepala barong itu berasal dari ujung haluan perahu yang
mengangkut masjid tersebut dari Mantingan Jepara.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !